Rabu, 25 April 2012

Analisis Sensitivitas dan Analisis Titik Impas


Analisis Break Even Poin (Titik Impas)

1. Pengertian Analisis Break Even Poin (Titik Impas)
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.

2. Manfaat Analisis Break Even (Titik Impas)
Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

3. Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas).
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.


2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi
Laboratorium Pengembangan Akuntansi 43
salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.




4. Menentukan Break Even Point (BEP) / Titik Impas
Mathematical Approach
BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:
BEP = Fixed Cost / (harga perunit – varibel cost perunit) (rumus 1)
Fixed Cost
BEP = = Rp.........(rumus 2)
Sales price/unit
1 – variabel cost/unit
Formulasi break even point yang dikembangkan:
Break even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan secara sederhana sebagai berikut:
BEP -> TR = TC
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost, Volume, Profit termasuk waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana di atas sehingga menjadi lebih flexible dan bisa beradaptasi dengan situasi yang berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear sederhana seperti dibawah ini:
TR = TC
TR – TC = 0
Karena TR adalah untuk “Total Revenue” maka TR dapat kita turunkan menjadi :
TR = Unit Price x Qty
Sedangkan TC stand for “Total Cost”, yang mana kita semua tahu bahwa dalam Cost Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: “Variable Cost” dan “Fixed Cost”, maka
turunan dari TC adalah:
TC = Variable Cost + Fixed Cost
Dari formula di atas kita turunkan lagi menjadi:
TC = [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost
Semua elemen yang ada sudah habis diturunkan, selanjutnya membuat persamaan linear
secara penuh untuk kondisi “Break Even Point”:
TR - TC = 0
[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau
Laboratorium Pengembangan Akuntansi 44
[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0
Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Determinasi Elemen-Elemen Break Even Point
Setelah mempunyai formula, yang elemen-elemenya terdiri: Revenue (R), Quantity (Qty), Unit Price, Variable Cost, Unit Variable Cost, dan Fixed Cost.
selanjutnya adalah mendeterminasi (menentukan) masing-masing elemen tersebut.
Revenue (R): adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur biasanya didominasi oleh Sales, yang mana Sales adalah jumlah terjual (Qty=Quantity) dikalikan dengan unit price product yang akan terjual.
Quantity (Qty): adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufactur tentunya diproduksi terlebih dahulu.
Unit Price: adalah harga per unit dari barang yang akan dijual.
Variable Cost: adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu product (barang), artinya segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti sebutannya “Variable Cost”, akan berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan diproduksi. Semakin banyak jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable cost-nya, begitu juga sebaliknya. Jika kita lihat pada Laporan Laba rugi nantinya, variable cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost of Good Sales”, yang pada perusahaan manufacur umumnya terdiri dari: Bahan Baku (Raw Material), Bahan Penolong, Cost Tenaga Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear Head Cost yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin (Machineries) yang menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik (electricity), Pengiriman (Delivery & Services), dll.
Unit Variable Cost: adalah besarnya variable cost yang ditimbulkan untuk membuat satu unit produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variable cost (Variable Cost) dengan jumlah product yang dibuat (qty).
Fixed Cost: adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu yang penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi. Dengan kata lain: berapapun jumlah product yang dibuat, fixed cost yang akan dibuat, costnya relative sama, bahkan tidak berproduksi sekalipun cost ini akan tetap terjadi. Seperti sebutannya, fixed cost sifatnya relative stabil, tidak dipengaruhi oleh production output. Adapun jenis-jenis cost yang terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional (Operating Expenses: Payroll, Office Supplies), Lease Hold (Hak Sewa), termasuk penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.
Graphical Approach
Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.

Keterbatasan Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
Laboratorium Pengembangan Akuntansi 45
Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
Sales mix adalah konstan
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.

5. Margin Of Safety
Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis break even yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai berikut:
M/S = (Budget sales – BEP)/ Budget sales
Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan.

sumber : skripsi ekonomi universitas gunadarma


Analisis Sensitivitas

Seorang analis jarang dapat menentukan parameter model Program Linier seperti (m,
n, Cj, aij, bi) dengan pasti karena nilai parameter ini adalah fungsi dari beberapa uncontrolable
variable.
Sementara itu solusi optimal model Program Linier didasarkan pada parameter
tersebut. Akibatnya analis perlu mengamati pengaruh perubahan parameter tersebut terhadap
solusi optimal. Analisa perubahan parameter dan pengaruhnya terhadap solusi Program
Linier disebut Post Optimality Analisis. Istilah post optimality menunjukkan bahwa analisa ini
terjadi setelah diperoleh solusi optimal, dengan mengasumsikan seperangkat nilai parameter
yang digunakan dalam model. Atau Analisis Postoptimal (disebut juga analisis pasca optimal
atau analisis setelah optimal, atau analisis kepekaan dalam suasana ketidaktahuan)
merupakan suatu usaha untuk mempelajari nilai-nilai dari peubah-peubah pengambilan
keputusan dalam suatu model matematika jika satu atau beberapa atau semua parameter
model tersebut berubah atau menjelaskan pengaruh perubahan data terhadap penyelesaian
optimal yang sudah ada.
Dapat diketahui bahwa dunia nyata yang diabstraksikan dan disimplifikasikan ke dalam
model PL, tidak sederhana seperti rumusan PL sederhana tersebut. Oleh karena itu dalam
dunia pengelolaan dan kehidupan dunia nyata, selalu dihadapkan pada pertanyaanpertanyaan
keragu-raguaan seperti “apa yang akan terjadi, jika” ini dan itu berubah?
Persoalan peluang dan ketidakpastiaan pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dapat dijawab
dalam rangka meyakinkan pendirian terhadap sesuatu yang akan diputuskan kelak. Dengan
demikian hasil yang diharapkan tersebut adalah hasil yang memang ”paling mungkin“ dan
”paling mendekati”, atau “perkiraan yang paling tepat”. Uji kepekaan hasil dan pasca optimal
(sebut saja selanjutnya analisis postoptimal) yang dapat memberikan jawaban terhadap
persoalan-persoalan tersebut diatas. Analisis postoptimal sangat berhubungan erat dengan
atau mendekati apa yang disebut Program Parametrikal atau Analisis Parametrisasi.
Perubahan atau variasi dalam suatu persoalan Program Linier yang biasanya dipelajari
melalui Post Optimality analysis dapat dipisahkan ke dalam tiga kelompok umum, yaitu :
1. Analisa yang berkaitan dengan perubahan diskrit parameter untuk melihat berapa besar
perubahan dapat ditolerir sebelum solusi optimal mulai kehilangan optimalitasnya, ini
dinamakan Analisa Sensitivitas. Jika suatu perubahan kecil dalam parameter
menyebabkan perubahan drastis dalam solusi, dikatakan bahwa solusi adalah sangat
sensitif terhadap nilai parameter itu. Sebaliknya, jika perubahan parameter tidak
mempunyai pengaruh besar terhadap solusi dikatakan solusi relatif insensitif terhadap nilai
parameter tersebut.
2. Analisa yang berkaitan dengan perubahan struktural. Masalah ini muncul bila persoalan
Program Linier dirumuskan kembali dengan menambahkan atau menghilangkan kendala
dan atau variabel untuk menunjukkan operasi model alternatif. Perubahan struktural ini
dapat dimasukkan dalam analisa sensitivitas.
3. Analisa yang berkaitan dengan perubahan kontinu parameter untuk menentukan urutan
solusi dasar yang menjadi optimal jika perubahan ditambah lebih jauh, ini dinamakan
Parametric-Programming.
Diketahui Model Matematika Persoalan Program Linier adalah sebagai berikut:
Menentukan nilai dari X1, X2, X3, ....., Xn sedemikian rupa sehingga :
n
Z = C1 X1 + C2 X2 + .... +Cj Xj +....+Cn Xn = _ Cj Xj (Optimal[maksimum/minimum])
j=1

Yang kemudian disebut sebagai Fungsi Tujuan (Objective Function)
dengan pembatasan (Funsi Kendala/Syarat Ikatan) :
a11 X1 + a12 X2 +.....+a1n Xn £ atau ³ b1 ,
a21 X1 + a22 X2 +.....+a2n Xn £ atau ³ b2,




am1 X1 + am2 X2 +....+ amn Xn £ atau ³ bm,
n
atau _ aij Xj £ atau ³ bi untuk i = 1,2,3, … , m.
j=1
dan X1 ³ 0, X2 ³ 0,...,Xn ³ 0 atau Xj ³ 0, dimana j = 1, 2, 3,...., n (syarat non-negatif).
Berdasarkan Model Matematika Persoalan Program Linier di atas analisis sensitivitas
dapat dikelompokkan berdasarkan perubahan-perubahan parameter:
(1). Perubahan koefisien fungsi tujuan (Cj),
(2). Perubahan Koefisien teknologi (aij) (koefisien inpu-output),
(3). Perubahan Nilai-Sebelah-Kanan (NSK) fungsi kendala) (bi),
(4). Adanya tambahan fungsi kendala baru (perubahan nilai m)
(5). Adanya tambahan perubahan (variabel) pengambilan keputusan (Xj) (perubahan nilai n).

C:\Documents and Settings\Pak Yusup\My Documents\BackUp
FD\Materi TRO\Modul Kuliah TRO\PERTEMUAN 8.doc


Minggu, 08 April 2012

Nilai Waktu Uang (Softskill)

Nilai waktu uang merupakan konsep sentral dalam manajemen keuangan. Pemahaman nilai waktu uang sangat penting dalam studi manajemen keuangan. Banyak keputusan dan teknik dalam manajemen keuangan yang memerlukan pemahaman nilai waktu uang. Biaya modal, analisis keputusan investasi (penganggaran modal), analisis alternatif dana, penilaian surat berharga, merupakan contoh-contoh teknik dan analisis yang memerlukan pemahaman konsep nilai waktu uang.
Manajer keuangan juga perlu memahami konsep nilai waktu  uang yang diperlukan dalam mengambil keputusan ketika akan melakukan investasi pada suatu aktiva dan pengambilan  keputusan ketika akan menentukan sumber dana pinjaman yang akan dipilih.

A. Konsep Nilai Waktu Uang (Time Value of Money)
Pada umumnya orang akan mengatakan lebih senang menerima Rp100.000,00 sekarang dari pada Rp100.000,00 satu tahun yang akan datang dan lebih senang membayar  satu tahun yang akan datang Rp100.000,00 dari pada membayar Rp100.000,00 sekarang.
Setiap individu berpendapat bahwa nilai uang saat ini lebih berharga daripada nanti. Sejumlah uang yang akan diterima dari hasil investasi pada akhir tahun, kalau kita memperhatikan nilai waktu uang, maka nilainya akan lebih rendah pada akhir tahun depan. Jika kita tidak memperhatikan nilai waktu dari uang, maka uang yang akan kita terima pada akhir tahun depan adalah sama nilainya yang kita miliki sekarang.

Contoh 1 :
Jika tidak memperhatikan nilai waktu uang, uang sekarang Rp500.000,00 nilainya akan sama dengan Rp500.000,00 pada akhir tahun.

Contoh 2 :
Uang sekarang Rp500.000,00 nilainya lebih tinggi daripada Rp500.000,00 pada akhir tahun depan, hal ini disebabkan :
  1. Uang Rp500.000,00 yang kita memiliki sekarang dapat disimpan di Bank dengan mendapatkan bunga misal 10%  per tahun, sehingga uang tersebut akan menjadi Rp550.000
  2. Jadi uang sekarang Rp500.000,00 nilainya sama dengan Rp550.000,00 pada akhir tahun.

Konsep nilai waktu uang (time value of money) dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu :
·         Nilai yang akan datang (future value)
·         Nilai sekarang (present value)

B. Nilai Yang Akan Datang (Future Value)
Nilai yang akan datang (future value) adalah nilai uang diwaktu akan datang dari sejumlah uang saat ini atau serangkaian pembayaran yang dievaluasi pada tingkat bunga yang berlaku.
Apabila  kita memiliki  uang sebanyak Rp10.000.000,00 dan disimpan di bank dengan bunga 15% setahun, maka pada akhir tahun uang kita akan menjadi :
F1 = 10.000.000 x (1+0,15)
      = 11.500.000,00
Apabila uang tersebut diambil pada dua tahun lagi maka uang tersebut menjadi :
F2 = 10.000.000 x (1+0,15)
           = 13.225.000,00
Demikian seterusnya, sehingga dari perhitungan tersebut bisa  kita rumuskan sebagai berikut :
FVn = Po ( 1 + i ) n
 Dimana:
FVn  = future value tahun ke-n
Po = pinjaman atau tabungan pokok
i = tingkat suku bunga/ keuntungan disyaratkan
n = jangka waktu
Bila pembayaran bunga lebih dari sekali dalam setahun (m) maka nilai yang akan datang bisa kita rumuskan sebagai berikut :
FVn = PVo (1 + [i/m] )m.n

Contoh  1:
Uang Rp10.000.000,00 kita simpan selama satu tahun dengan pembayaran bunga 4 kali setahun, maka nilai uang pada setahun lagi sebesar :
F1 = 10.000.000 x (1+0,15/4)4.1
      = 11.586.504
Sedangkan bila uang tersebut disimpan selama 3 tahun dengan pembayaran bunga 2 kali setahun, maka jumlah uang yang akan kita terima 3 tahun lagi sebesar:
F3 = 10.000.000 x (1+0,15/2)2.3
     = 15.433.015

Contoh 2:
Apabila uang sebanyak Rp 10.000.000 dan disimpan di bank dengan bunga 10% setahun, maka perhitungan bunga secara terinci dari tahun ketahun sebagai berikut :
http://photoserver.ws/images/uaso4f7c3491e1a24.png

C. Nilai Sekarang (Present Value)
Nilai sekarang (Present Value) adalah nilai sekarang dari satu jumlah uang atau  satu seri pembayaran yang akan datang, yang dievaluasi dengan suatu tingkat bunga tertentu. Suatu investasi dapat diterima hanya jika investasi itu menghasilkan paling tidak sama dengan tingkat hasil investasi di pasar yaitu lebih besar dari pada tingkat bunga deposito (tingkat hasil tanpa resiko). Misalnya tingkat hasil pasar 20%, hal itu lazim disebut  dengan tingkat diskonto artinya alat untuk mengitung nilai tunai dari suatu hasil investasi di masa mendatang. Oleh karena itu penerimaan-penerimaan harus dijadikan nilai sekarang untuk dibandingkan dengan nilai investasinya.
Jika kita akan menerima uang sejumlah Rp12.000.000,00 satu tahun yang akan datang dengan bunga 20% per tahun, maka nilai sekarang ( P0 ) dari penerimaan tersebut adalah :
http://photoserver.ws/images/w1SA4f7c35d9abc5b.png
FV = Nilai masa mendatang
P0 = Nilai saat ini
i    = tingkat suku bunga yang berlaku
n   = jangka waktu
P0 = 12.000.000/(1+0,2)
     = 10.000.000

Dari rumus present value, nilai (1/1+i)n  disebut sebagai discount factor. Mencari nilai sekarang dengan memanfaatkan  table discount factor adalah sebagi berikut:
http://photoserver.ws/images/tW394f7c34991b3f3.png
Apabila penerimaan dari suatu proyek setiap tahunnya sama maka  present value dapat dihitung menggunakan  Discount factor annuity yaitu  menggabungkan  discount factor selama masa penerimaan.

Contoh :
Proyek Investasi A selama tiga tahun  memperoleh penerimaan bersih Rp1.000.000,00 per tahun. Apabila  return yang diharapkan 18%, maka nilai sekarang dari penerimaan selama 3 tahun tersebut adalah :
P0 = 1.000.000 [{(1/(1+0.18)1+1/(1+0.18)2+1/(1+0.18)3}]
Atau
P0 = 1.000.000(2,174)
      = 2.174.273

D. Net Present Value
Suatu rencana investasi memerlukan pertimbangan yang cermat. Untuk menilai layak tidaknya suatu rencana investasi, maka kita perlu menghitung apakah dana yang diinvestasikan dapat ditutupi oleh hasil penerimaan bersih yang telah di-present value-kan, atau tidak. Selisih antara nilai  investasi  sekarang  dengan penerimaan bersih yang dipresent valuekan disebut sebagai Net Present Value (NPV). Suatu rencana investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total bersih lebih besar daripada nilai sekarang dari nilai investasi.

Contoh :
Suatu proyek investasi memerlukan dana investasi sebesar Rp275.000.000,00 dan diharapkan mempunyai usia 5 tahun dengan penerimaan bersih sebagai berikut :
http://photoserver.ws/images/EAw54f7c392a379f6.png


http://photoserver.ws/images/HWuk4f7c349cea3e1.png
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pada discounting factor 12% NPV sebesar 16.330 dan pada  discounting factor 16% NPV sebesar  negatif 20.170. Sehingga  dapat disimpulkan bahwa pada discounting factor 12% proyek investasi tersebut dapat diterima, hal ini disebabkan NPV proyek tersebut memiliki nilai positif.

E. Internal Rate Of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR sebesar 13%, maka tingkat pengembalian investasi adalah 13%. Keputusan menerima atau menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r). Jika r yang diinginkan adalah 16%, sementara IRR hanya 13%, maka rencana investasi ditolak, dan begitu juga sebaliknya.
IRR dapat dicari  dengan cara mencoba-coba menggunakan discounting factor sedemikian rupa sehingga mendapatkan NPV = 0. Namun, hal ini cukup sulit untuk dilakukan. IRR dapat dicari dengan lebih mudah jika kita mengetahui 2 perhitungan NPV dengan hasil positif dan NPV dengan hasil negatif. Setelah itu kita bisa menggunakan rumus iterpolasi sebagai berikut :
http://photoserver.ws/images/NwGY4f7c35de1c88a.png


SUMBER
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/PRODI._MANAJ._PEMASARAN_WISATA/RINI_ANDARI/Manajemen_Keuangan/modul_manajmen_keuangan/Bab_3_NILAI_WAKTU_UANG.pdf